LEKTUR.CO, MINAHASA – Bencana banjir terjadi hampir di seluruh wilayah pesisir Danau Tondano. Termasuk sebagian pemukiman warga di Tondano, Kabupaten Minahasa.
Sebut saja pemukiman warga di Kelurahan Toulour, Kecamatan Tondano Timur. Pemukiman warga di Kecamatan Kakas dan Eris, yang sebagian terdampak banjir.
Akibat banjir tersebut, sudah sekitar ratusan rumah warga tergenang air. Bahkan, ratusan rumah ini sudah beberapa pekan tergenang air. Bukannya surut, malahan setiap hari volume air semakin meningkat.
Begitu juga jalan-jalan di seputaran Danau Tondano, terjadi genangan air yang mencapai lutut orang dewasa.
Akses jalan Benteng Moraya menuju Kelurahan Tonsaru, Kecamatan Tondano Selatan, genangan air cukup parah, hingga mencapai paha orang dewasa.
Bahkan, Kamis (15/5/25) sore tadi. Akses jalan ini, genangan air sudah mencapai ketinggian yang tidak bisa dilalui kendaraan roda dua.
Lebih parah lagi, akses jalan Eris – Kakas, tepatnya di depan Gereja GPdI Victory, Desa Ranomerut. Ketinggian air sudah sama dengan Danau Tondano.
Kendaraan roda dua maupun roda empat, tidak berani melalui jalan tersebut. Untungnya ada jalan alternatif tanpa harus melewati genangan air tersebut.
Genangan air di jalan-jalan utama pesisir Danau Tondano yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi itu, belum juga surut hingga saat ini.
Bahkan, dengan intensitas hujan yang cukup tinggi, mengakibatkan genangan air semakin naik. Jika dibiarkan, dampaknya akan semakin parah.
Banyak warga meminta pemerintah segera mencarikan solusi untuk mengatasi bencana ini. Mereka meminta pemerintah harus bertindak cepat sebelum ada korban.
“Ayo pemerintah, jangan biarkan bencana ini berlarut-larut. Karena bencana ini berdampak dari semua sektor, dan warga yang menjadi korban,” kata sejumlah warga, sore tadi.
Menurut mereka (warga, red), pemerintah harus bekerja sama dengan instansi terkait, untuk mengambil langkah konkrit mengatasi bencana ini.
“Harus segera mungkin sebelum bencana ini lebih parah. Jangan nanti sudah ada korban, baru pemerintah bertindak. Itu sudah percuma,” ujar Christian salah satu warga Eris.
Sementara, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minahasa bersama stakeholder terkait dan pemangku kepentingan, bergotong royong menangani pendangkalan Danau Tondano yang menjadi salah satu penyebab utama banjir.
Pemkab Minahasa juga mendorong keterlibatan pemerintah pusat dalam upaya penyelamatan dan optimalisasi Danau Tondano yang menjadi salah satu danau prioritas nasional tersebut.
“Saat ini Pemkab Minahasa akan mengambil langkah konkret dalam mengatasi pendangkalan Danau Tondano, yang belakangan ini menjadi faktor utama terjadinya banjir di sejumlah wilayah Tondano,” kata Sekda Minahasa, Dr Lynda Watania MM MSi, Kamis (15/5/25).
Upaya tersebut, kata Watania, dilakukan secara kolaboratif bersama Dinas PUPR dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Utara, Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, PLTA Tonsea Lama, serta Pengawasan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Sulawesi.
Watania juga menekankan bahwa Danau Tondano tidak hanya penting dari sisi lingkungan, tetapi juga memiliki nilai strategis sebagai destinasi pariwisata.
“Danau Tondano punya potensi destinasi pariwisata yang besar. Untuk menjadi salah satu destinasi wisata dunia, tentunya infrastrukturnya juga harus dibangun,” ujarnya.
Lebih lanjut, kata Watania, Pemkab Minahasa berharap pemerintah pusat turut mengambil peran lebih besar dalam penyelamatan Danau Tondano. Pasalnya, pengelolaan danau tersebut merupakan kewenangan pusat, mengingat status Danau Tondano sebagai salah satu danau prioritas nasional.
“Saat ini, pendangkalan Danau Tondano sudah dalam tahap yang mengkhawatirkan. Di tengah intensitas hujan yang tinggi, hal ini menyebabkan debit air danau meningkat dan meluap ke pemukiman warga. Sebagai langkah darurat, PLTA Tonsea Lama telah membuka penuh pintu air untuk mengurangi volume air danau,” ungkapnya.
Selain itu, Pemkab Minahasa juga menjalankan program kerja bakti massal setiap Jumat, membentuk posko bantuan bencana dan kesehatan, serta memberikan bantuan kepada warga terdampak, termasuk pembuatan jembatan bambu sementara ke rumah warga yang terendam.
“Semua pihak yang terlibat berkomitmen untuk terus mendukung langkah-langkah strategis jangka pendek, menengah, hingga panjang dalam menyelamatkan Danau Tondano dan memitigasi dampak banjir di wilayah Minahasa,” pungkas Watania.
Diketahui, bencana banjir ini terjadi dikarenakan intensitas hujan yang tinggi beberapa pekan terakhir. Bahkan, akibat hujan tersebut, air danau meluap dan ratusan rumah serta sejumlah ruas jalan tergenang air.
Meluapnya air danau, disebabkan karena pendangkalan Danau Tondano. Kedalaman Danau Tondano kini tersisa 14 meter dari 43 meter pada tahun 1940. (Sumber Kompas.ID).
Salah satu faktor pendangkalan yaitu sedimentasi cukup parah karena pertumbuhan tanaman gulma (eceng gondok) yang kini sulit diberantas. (*)