Penulis : Veidy Temo
LEKTUR.CO, Budaya – Semangat dan kreatifitas Sanggar Ma’zani Tomohon untuk melestarikan seni budaya di tanah Toar Lumimuut patut diacungi jempol.
Bahkan, semangat dan kreatifitas Sanggar Ma’zani Tomohon yang dinakodai Joudy Aray ini, ‘unjuk gigi’ dalam ajang kesenian berskala nasional.
Dengan membawakan materi andalannya yakni ansambel musik kolintang kayu Minahasa yang dikolaborasikan dengan alat musik tambor, gong,
tetengtengen dan tarian kawasaran, Joudy Cs tampil dalam ajang Festival Musik Tradisi Indonesia 2020, yang diselenggarakan Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejak dimulai pendaftaran medio Juli kemarin, dilanjutkan dengan kurasi yang dilakukan oleh para kurator handal nasional seperti Gilang Ramadhan, Embi C Noor, Suhendi Afryanto, Satria Dharma, Jabatin Bangun, Sudirman dan Sulistyo S Tirtokusumo.
Setelah melewati proses persiapan hingga seleksi awal, Sanggar Ma’zani berhasil masuk dalam peringkat 10 besar untuk mengikuti kompetisi di tahapan berikutnya.
“Setelah di tahapan seleksi awal diikuti 110 peserta, tim kami berhasil lolos mewakili Sulawesi Utara untuk bertarung dengan perwakilan 34 provinsi lainnya, dan akhirnya bisa masuk 10 besar untuk kembali berlomba menjadi yang terbaik,” terang Joudy yang juga merupakan musisi kenamaan ini, Sabtu (15/8).
Ajang berskala nasional ini tentunya membawa angin segar bagi para seniman di daerah untuk dapat berkreasi dan berkompetisi membangun budaya musik daerahnya masing-masing, disaat wabah bencana non alam (Coronavirus Disease 2019) menghebohkan seantero dunia.
“Keikutsertaan Sanggar Ma’zani di ajang bergengsi ini merupakan salah satu perjuangan Rumah Budaya
Nusantara (RBN) Wale Ma’zani Minahasa, sebagai tempat bernaungnya Sanggar Ma’zani dalam membangun
Kolintang yang sedang diperjuangkan ke UNESCO sebagai kekayaan budaya tak benda bangsa Indonesia
lebih khusus lagi suku Minahasa,” sebut Joudy didampingi seniman seni pertunjukan Ferdinand Fofid.
Sebelum masuk pada babak penentuan, kata keduanya, para kontestan yang masuk 10 besar mengikuti webinar guna memperdalam materi produksi dari para kurator.
“Dari materi yang dijelaskan dalam webinar, diberi penguatan dalam hal produksi, sehingga tema Ma’zani Kawasaran yang disiapkan menjadi judul karya bisa memiliki nilai komersil, serta mengangkat Kolintang menjadi produk seni pertunjukan yang sangat menarik untuk dikonsumsi para pemirsanya,” harap keduanya.
Tentu selain proses latihan dan racikan musik dan pertunjukan yang disiapkan, juga mengharapkan bantuan dukungan dari masyarakat Nyiur Melambai.
“Prestasi ini diharapkan menjadi perhatian bagi masyarakat dan pemerintah untuk memberikan dukungan agar bisa menorehkan hasil maksimal di tahap berikutnya, dan tentu membawa harum kesenian Sulut di kancah nasional lebih khusus ansambel musik kolintang kayu Minahasa yang menjadi kebanggaan daerah ini. Semoga Sanggar Ma’zani kembali sukses mengukir prestasi di ajang yang sama 2013 silam,” tukasnya. (*)