Penulis : Tim Lektur
LEKTUR.CO, MINAHASA – Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) yang jatuh setiap tanggal 17 Maret, dirayakan dengan giat Festival Seni Budaya, bertempat di Kawasan Minawanua Monumen Benteng Moraya Tondano, Selasa (17/3) sore.
Gelaran Festival Seni Budaya kali ini, dimotori Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Sulawesi Utara, Gerakan Minahasa Muda (GMM), Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi Utara dan Ya yasan Seni Budaya Ora Et Labora (YSB-OEL).
Festival ini dibuka dengan penampilan dari tumpukan Kawasaran Waraney Umbanua Manado, dilanjutkan dengan ibadah syukur dipimpin oleh senior GAMKI, Tedius Kuemba Batasina.
Dalam kesempatan ini sambutan secara maraton mulai dari Yanny Marentek mewaliki senior GAMKI, Anto Phillip mewakili pengurus GAMKI Sulut dan Nedine Helena Sulu mewakili YSB-OEL.
Festival ini juga dirangkaikan dengan pelantikan pengurus YSB-OEL, dimana Rivo Gosal didapuk sebagai Ketua dan Nedine Helena Sulu sebagai sekretaris.
Parade seni budaya menampilkan pertunjukan budaya dari Sanggar Seni Budaya Fakultas Teknik Unima, Komunitas Adat Waraney Wuaya, dan Waraney Umbanua Manado. Dilanjutkan kolaborasi apik antara budaya Minahasa-Dayak antara Tuha Pekuyang dan Tonaas Rinto Taroreh.
Kemudian, diisi juga dengan melantunkan syair tua Minahasa dari Kalfein Wuisan dan Fredy Wowor, menampilkan puisi yang dibacakan oleh sastrawan Minahasa, Greenhill Weol. Orasi Kebudayaan dari akademisi Minahasa, Dr. Denni Pinontoan, serta ditutup dengan monolog dari Sylvester Ompi Setlight.
Masyarakat Adat Minahasa, Andre Lengkong mengatakan, Festival ini sangat bagus, karena acara ini berbicara soal jati diri.
“Dalam arti jati diri, untuk mengetahui asal kita, dan untuk mengingatkan kembali keluhuran orang Minahasa. Bagi saya, gelaran seperti ini harus sering dibuat, agar budaya ini tidak dilupakan terutama bagi generasi muda Minahasa,” ujarnya.
Perwakilan GAMKI, Yanny Marentek, sebagai senior mengatakan, kegiatan seperti ini dapat merangsang kembali ingatan orang muda Minahasa khususnya, dan segala upaya globalisasi yang cenderung mengikis kebanggaan orang Minahasa tentang adatnya.
Dewan AMAN Nasional (DAMANAS) perwakilan Sulawesi, Nedine Helena Sulu mengatakan, “Ini adalah bentuk perayaan sekaligus advokasi kepada masyarakat adat Nusantara. Ini bentuk perjuangan masyarakat adat untuk mendesak negara mengakui keberadaan Masyarakat Adat, terutama mengesahkan RUU Masyarakat Adat. Dengan tema yang diangkat oleh AMAN sendiri ini mempertegas berdikarinya masyarakat adat di tengah pandemi”.
Sekretaris Gerakan Minahasa Muda (GMM) Juan Ratu, mengatakan, “Ini adalah perwujudan spirit dan eksistensi Masyarakat Adat Nusantara, terutama Minahasa. Melihat kegiatan ini dengan digagas dan dikordinasi langsung oleh generasi muda Minahasa, membuktikan kebangkitan kesadaran luhur Minahasa dan adatinya yang terus hadir. Ini adalah kekuatan bagi Minahasa dan menjadi pilar utama Masyarakat Adat. Tema ‘Tangguh di Tengah Krisis’ ini adalah wujud konkret terhadap daya juang dan daya hidup masyarakat adat”.
Budayawan Minahasa Fredy Wowor, mengatakan, “Kegiatan ini penuh makna da visioner, menunjukan kebangkitan Masyarakat Adat, jadi harus disegerakan pengesahan RUU Masyarakat Adat.”
Budayawan Minahasa, Tonaas Rinto Taroreh, mengatakan, “Kegiatan ini bagus, sekali pun di tengah pandemi, masyarakat adat hadir dengan membawa persoalannya masing-masing, terutama persoalan di Minahasa dengan pengrusakan situs budaya dan persoalan tanah adat. Semoga dengan kegiatan kolektif ini dapat menghimpun kekuatan dan bagi setiap pejuang adat seluruh nusantara. Untuk itu saya mengunci statement saya dengan falsafah luhur, esa nate, esa lalan, esa toroan”.
Ketua Yayasan Seni Budaya Ora Et Labora, Rivo Gosal mengatakan, “Dengan dibentuknya YSB-OEL ini demi memberikan ruang bagi pengkajian dan pengadvokasian secara komprehensif bagi gerakan budaya dan Minahasa khususnya. YSB-OEL ini hadir sebagai wadah yang sadar akan budaya dan gerakan literasi di tanah Minahasa. Kami juga tegaskan untuk mendorong pengesahan RUU Masyarakat Adat, agar dapat menjadi landasan untuk masyarakat adat menjadi dirinya dan menjaga kelestarian adati dan hayati.”
Mewakili DPD GAMKI Sulut, Merwyn Sumual, “Saya ucapkan kepada setiap elemen yang ikut kegiatan ini terima kasih, terutama bagi pegiat adat dan tokoh budaya Minahasa. Semoga perjuangan kita untuk mengesahkan RUU Masyarakat Adat selalu ditopang oleh Sang Kepala Gerakan,” pungkasnya. (*)