Editor : Veidy Temo
LEKTUR.CO, TOMOHON – Mewakili Wali Kota, Penjabat Sekot Jemmy Ringkuangan hadiri musyawarah adat majelis kebudayaan Minahasa, Pakasaan Tombulu Tomohon, yang dilaksanakan di Lantai III Mall Pelayanan Publik, (Jumat (23/4).
Dalam sambutannya, Sekot berharap musyawarah ini bisa terus melanjutkan kiprahnya sebagai lembaga pemersatu masyarakat melalui pelestarian adat istiadat Minahasa di Kota Tomohon. Sekaligus merangkul semua organisasi adat yang ada di Kota Tomohon. Demi kemajuan pemberdayaan adat istiadat dan budaya yang telah mengakar dalam masyarakat.
Menurutnya, sekarang ini sedang berada dalam kehidupan di dunia modernisasi yang telah mengakibatkan pergeseran adat dan budaya, akibat kemajuan teknologi komunikasi serta pengaruh dari luar daerah. Hal ini membutuhkan kepedulian bersama untuk tetap melestarikan adat dan budaya Minahasa. Sehingga tetap terpatri dalam individu dan kehidupan masyarakat.
“Tentunya kita tidak ingin kehilangan jati diri atau tersesat dan tergerus dalam kehidupan modernisasi. Oleh karena itu kita harus mampu menampung semua aspirasi budaya dan adat istiadat yang ada, sehingga tidak terjadi benturan atau kesalahpahaman dengan struktur masyarakat yang telah tumbuh dan berkembang,” ujarnya.
Ringkuangan juga mengatakan, adat budaya Minahasa merupakan warisan dari leluhur yang patut ditumbuh kembangkan dan lestarikan. Di samping itu, kecilnya rasa kecintaan generasi muda terhadap adat dan budaya. Sehingga ini menjadi tantangan tersendiri bagi perkembangan pelestarian adat dan budaya.
“Semestinya hal ini tidak harus terjadi kalau kita semua mau peduli dan perhatian terhadap adat dan budaya,” sentil Ringkuangan.
Oleh karena itu, dirinya sangat menaruh harapan besar terhadap majelis adat Kota Tomohon. Untuk terus melakukan berbagai upaya serta mampu menanamkan rasa kecintaan terhadap adat dan budaya kepada generasi muda, juga seluruh lapisan masyarakat.
“Karena itu dalam mengemban tugas perlu meningkatkan keteladanan, kemampuan dan pengetahuan. Dengan harapan akan dapat menghasilkan pengurus baru yang mampu menguasai adat-istiadat dan mengevaluasi program-program yang telah dilaksanakan serta memunculkan program-program yang lebih baik. Sehingga Kota Tomohon dapat terus menjaga eksistensinya di tengah-tengah masyarakat,” ujarnya lagi.
Ditambahkannya, pelaksanaan musyawarah ini tentu merupakan bentuk ekspresi dari kehendak masyarakat Tomohon untuk berhimpun, bermusyawarah tentang keberadaan adat dan kebudayaan Minahasa. Hal ini didasari fakta bahwa masyarakat Tomohon menyadari arti pentingnya lembaga tempat bermusyawarah mengenai adat dan budaya yang harus dijaga dan dipelihara kelestariannya.
“Upaya melestarikan adat dan budaya kita bukan hanya tanggung jawab segelintir pengurus saja, melainkan tanggung jawab kita bersama,” katanya.
Diakhir sambutannya, Sekot mengatakan bahwa untuk melestarikan adat budaya di Kota Tomohon. Akan diwacanakan para pejabat di Pemkot Tomohon untuk memakai baju adat, yang nantinya dijadwalkan harinya dalam melaksanakan tugas kedinasan.
“Tentu hal ini akan dikoordinasikan dengan wali kota dan wakil wali kota Tomohon,” pungkasnya.
Hadir dalam kegiatan ini, Tua-tua adat Minahasa, Walian Tua Pdt Coor Wowor STh, Walian Tua Pdt Robert Pandeiroth STh, Tua Um Banua Ir Darius Senduk, Walian Tua MKM Drs Wempie Frederik, Pimpinan 7 Walak, Tonaas-tonaas Ormas Adat, Komunitas Kawasaran, Komunitas Seni Budaya, Asisten I Toar Pandeiroth MM, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Tomohon Juliana Karwur MKes, serta jajaran Pemkot Tomohon. (*)