Penulis : Veidy Temo
LEKTUR.CO, Pendidikan – Universitas Negeri Manado (Unima) ibarat nona manis yang diperebutkan dalam kontestasi pemilihan rektor (Pilrek). Pilrek yang dilaksanakan pada 19 Agustus lalu, akhirnya dimenangkan oleh Prof Dr Deitje Adolfien Katuuk MPd.
Mantan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unima itu, menyingkirkan dua rival calon Rektor lainnya yakni Prof Dr Revelson Mege MS dan Prof Dr Rudi Repi MPd, dengan memperoleh 51,3 suara. Bahkan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makariem memberikan hak suaranya secara utuh pada Katuuk.
Akan tetapi, kemenangan Prof Deitje dalam kontestasi empat tahun sekali ini, menimbulkan polemik di kampus biru yang terletak dipuncak Bukit Tounsaru. Bahkan, ada beberapa orang diluar civitas memberikan tanggapan miring terkait kemenangan yang sudah diraih oleh Katuuk.
Menyikapi hal tersebut, Christian Denis, mahasiswa Pascasarjana Unima yang juga aktifis kampus mengungkapkan alangkah baiknya polemik yang terjadi saat ini diselesaikan secara intern, jangan membias keluar. Apalagi saat ini, kata Denis, sepertinya sudah disusupi kepentingan pihak luar kampus atau terkesan ditunggangi.
“Orang luar dilarang koar-koar tentang proses pemilihan rektor yang dapat mengarah pada provokasi dan merugikan Unima sendiri,” kata dia.
Lanjut Denis, sebagai mahasiswa Unima, dia akan memberikan perlawanan seandainya ada pihak lain yang dimanfaatkan oknum untuk mengacaukan kampus biru pasca pemilihan Rektor,” tegasnya.
Sebagai Civitas Akademika Unima, hendaknya dapat menyikapi ini dengan menggunakan nalar yang sehat. Sebab, jika hanya mengacu pada koar-koar dari pihak luar kampus, seakan-akan mau memaksakan Mas Menteri untuk membagikan hak konstitusinya kepada tiga pasang calon. Dan ternyata tidak, dan terfokus hanya pada satu calon saja.
“Kegeraman mereka seakan-akan menjudge ada kepentingan politik besar yang dimainkan, dan itu dibantah habis-habisan oleh peraih suara terbanyak,” ungkap Denis.
Dia dan rekan-rekan mahasiswa Unima berharap, menjelang hari pelantikan Rektor nanti, tidak ada lagi riak-riak yang akan merugikan banyak orang.
“Apalagi ditengah pandemi Covid-19 saat ini, kami berharap hentikan permainan isu yang dapat menyesatkan dan merugikan pihak Unima sendiri,” pungkasnya. (*)